ilustrasi dari sembahyang peringatan hari Iptek Saraswati
KabarDunia.com – Para pelajar yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan yang ada di Bali, baik itu mulai sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) sampai para mahasiswa di perguruan tinggi mengikuti acara persembahyangan bersama dengan perayaan Hari Saraswati. Ritual ini sendiri adalah sebuah kegiatan perayaan hari lahirnya ilmu pengetahuan serta teknologi (iptek).
“Perayaan Hari Saraswati yang diperingati setiap 210 hari sekali (enam bulan) kali ini bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), yang sama-sama bermakna untuk mengingatkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan,” jelas Dr. Ketut Sumadi, Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, pada Sabtu (2/5/2015).
Hardiknas sendiri ditetapkan untuk merayakan dari kelahiran Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan yang ada di Indonesia serta pendiri dari lembaga pendidikan yang bernama Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara merupakan pahlawan nasional. Dirinya juga dinobatkan sebagai bapak pendidikan nasional yang ada di Indonesia. Sedangkan pada saat yang sama Hari Raya Saraswati, umat Hindu telah melakukan pemujaan terhadap Dewi Saraswati, Dewa yang dikenal sebagai Dewa ilmu pengetahuan, manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dr I Ketut Sumadi juga menjelaskan, Dewi Saraswati yang dipuja dalam sebuah perayaan Saraswati yang juga jatuh pada setiap Hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung merupakan sebuah lambang dari ilmu pengetahuan yang jika diibaratkan seorang wanita cantik yang berwibawa yang juga penuh pengertian dan simpati. Dewi Saraswati sendiri mempunyai empat buah tangan yang masing-masing memegang sebuah keropak yang tak lain melambangkan usaha darlam mempelajari ilmu pengetahuan, bunga teratai sebagai lambang dari kesucian, genitri dimana melambangkan belajar seumur hidup serta alat musik dimana melambangkan ilmu pengetahuan yang sangat indah dan berirama.
“Ilmu pengetahuan itu diibaratkan air jernih yang terus mengalir tidak terbendung. Jika ada orang setelah belajar menjadi merasa pintar, dan berhenti belajar, padahal masih banyak yang harus dipelajari dan menyerahkan ilmu yang dimiliki kepada Dewi Saraswati agar pemiliknya menjadi penuh wibawa, jauh dari keegoisan dan kesombongan,” terang lebih lanjut oleh Ketut Sumadi.
Umat Hindu, terutama yang berstatus pelajar dari hampir semua jenjang pendidikan yang ada di Bali mengenakan busana daerah khas Bali yang didominasi oleh warna putih untuk mengikuti acara persembahyangan dengan cara khidmat serta lancar di tempat suci (pura) milik sekolah masing-masing. Pada Hari Saraswati ini, para siswa tak akan mengikuti proses belajar semacam hari biasa. Seusai dari mengikuti persembahyangan tersebut, mereka pun langsung dibolehkan pulang ke rumah mereka masing-masing.
Namun sejumlah para siswa SMP, SMA serta sekolah menengah kejuruan (SMK) seusai mereka mengikuti kegiatan dari ritual di sekolahnya masing-masing, mereka akan kembali melakukan persembahyangan yang sama tetapi dilakukan di Pura Agung Jagatnata, jantung dari kota Denpasar. Mereka yang berbaur dengan umat Hindu lainnya untuk mengikuti persembahyangan yang di lakukan di Pura Agung Jagatnata dengan cara khidmat serta khusuk. Persembahyangan tersebut pun juga diiringi dengan pembacaan ayat-ayat suci milik agama Hindu (Kekidung) serta ditemani dengan alunan instrumen gamelan, salah satu tipe kesenian tradisional Bali.