KabarDunia.com – Peristiwa saling injaknya antar jamaah yang terjadi di Jalan 204, Mina, Arab Saudi, menjelang digelarnya prosesi lempar jumrah pada hari ini menyebabkan sekitar 320 jamaah haji tewas, serta 450 jamaah lainnya luka-luka. Pemerintahan Arab Saudi pun mengklaim bahwa mereka telah berusaha keras untuk menyiapkan berbagai infrastruktur agar bencana yang sering terjadi di Mina tidak terus menerus berulang.
Pangeran Khaled al-Faisal, Kepala Komite Haji pun menyatakan bahwa upaya dalam pengamanan yang dilakukan oleh pihaknya menjadi mubazir dikarenakan ulah dari tidak disiplinnya sejumlah jamaah. Khususnya adalah jamaah yang berasal dari Afrika yang banyak menyemut di daerah jembatan, kemudian berhenti mendadak, hal itulah yang memicu jatuhnya sejumlah orang. Peristiwa jatuhnya jamaah ini pun akhirnya berujung pada kepanikan massal.
“Insiden Ini terjadi karena sejumlah jamaah berkewarganegaraan Afrika,” ungkapnya ketika diwawancarai oleh Stasiun Televisi Al Arabiya, pada Kamis (24/9).
Korban yang tewas pun mayoritas berasal dari Mesir serta Yaman. Satu orang WNI bernama Sumaniro (48) yang berasal dari Probolinggo pun dilaporkan wafat. Lokasi kejadian saling injak itu pun merupakan sebuah kawasan dua jalur untuk menuju Mina di mana ada pilar batu yang menjadi tempat lempar jumrah.
“Kami sudah berusaha untuk melakukan pencegahan terulangnya tragedi Mina, namun kenyataanya ini semua adalah kehendak Allah,” lanjut Iyad Madani, Menteri Haji Arab Saudi dalam sebuah wawancara yang terpisah.
Tragedi Mina paling buruk sebelumnya terjadi pada tanggal 2 Juli 1990. Saat itu, ribuan orang dikabarkan berebut untuk keluar dari terowongan Mina setelah melakukan jumrah, imbasnya ada 1.426 jamaah haji yang tewas karena terinjak serta kehabisan nafas. Mayoritas dari korban tewas saat itu adalah warga dari Malaysia, Indonesia, serta Pakistan.
Insiden parah lainnya di Mina terjadi pada tanggal 12 Januari 2006, saat itu ada 346 jamaah yang tewas. Lagi-lagi Tragedi Mina itu terjadi karena saling injak antar jamaah. Kerajaan Saudi pun sudah berusaha untuk merenovasi jembatan Jamaraat sehingga menjadi dua lantai, yang terdiri atas dari sejumlah lajur. Tetapi arus jamaah haji yang saban tahun selalu menuju kearah lokasi jumrah tersebut selalu lebih besar dibandingkan dengan infrastruktur yang tersedia.