KabarDunia.com – Kalau berhasil dalam bisnis, ada banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah kemauan belajar. Pelajaran dari para pengusaha sukses bisa diambil. Dari mereka, Anda bisa mendapat pengalaman berharga dan kiat dalam menjalankan usaha, seperti kiprah Sukanto Tanoto selama ini.
Sukanto Tanoto merupakan seorang pengusaha sukses Indonesia yang dikenal sebagai pendiri grup Royal Golden Eagle, sebuah grup perusahaan dengan skala internasional dengan jumlah pekerja lebih dari 50 ribu orang.
Bidang bisnisnya pun sangat beragam. Perusahaan Sukanto Tanoto bergerak di berbagai bidang berbeda mulai dari kayu lapis, pulp and paper, kelapa sawit, serat viscose hingga energi.
Ragam bidang bisnis itu merupakan bukti kapasitas Sukanto Tanoto sebagai pengusaha jempolan. Area industri yang digelutinya yang berbeda satu sama lain. Hal itu memperlihatkan Sukanto Tanoto memang memiliki sentuhan emas dalam bisnis karena dapat berhasil di bidang apa saja.
Kesuksesan Sukanto Tanoto membuatnya luar biasa. Jika dalam kapasitasnya sebagai pebisnis saat ini, pandangan itu tidak salah. Namun, bila melihat masa lalunya, ceritanya sungguh berbeda.
Jangan bayangkan Sukanto Tanoto berasal dari keluarga yang kaya. Justru sebaliknya, pria kelahiran Belawan pada 25 Desember 1945 ini hanya anak sulung dari tujuh bersaudara dari sebuah keluarga sederhana.
Ayah Sukanto Tanoto merupakan seorang imigran dari Tiongkok. Untuk menafkahi keluarganya, ia berdagang kecil-kecilan di Medan. Di sana ayahnya berjualan minyak, bensin, dan onderdil mobil.
Pada masa kecil, Sukanto Tanoto mirip seperti anak lain. Ada kenakalan khas anak-anak yang sering dilakukannya. Salah satunya adalah tidak mengindahkan larangan orang tuanya untuk bermain di pantai sampai lupa waktu. Dulu ia sangat senang melakukannya hingga akhirnya kerap dimarahi oleh ibunya.
Akibatnya, Sukanto Tanoto kerap mendapat hukuman dari sang ibu. “Saya kenyang makan rotan,” ucapnya memaparkan sanksi yang diterimanya.
Perjalanan hidup Sukanto Tanoto juga tidak mulus. Jangan bayangkan ia tumbuh besar, bersekolah hingga perguruan tinggi, lalu bekerja dan mendirikan perusahaan. Kondisinya justru kontras sekali. Jalan hidup Sukanto Tanoto penuh perjuangan.
Sukanto Tanoto sudah mengalami beragam kesulitan hidup. Ia sempat putus sekolah pada 1966 karena sekolahnya ditutup. Sial, karena ayahnya masih berstatus sebagai warga negara asing pada masa itu, hingga ia tidak dapat melanjutkan sekolah ke sekolah negeri.
Bagai sudah jatuh tertimpa tangga, tak lama berselang, ayah Sukanto Tanoto terkena penyakit stroke. Hal itu membuatnya tidak bisa mengelola usaha gantungan hidup yang dijalaninya.
Mau tak mau, sebagai anak tertua, Sukanto Tanoto yang baru berumur 18 tahun harus mengambil tanggung jawab. Ia harus melupakan mimpinya untuk bersekolah dan menjalankan usaha berdagang untuk menyambung hidup keluarga. Bisnis keluarganya pun dilanjutkannya.
> BERKAH KESULITAN HIDUP
Akan tetapi, kisah hidup sulit seperti itu malah menjadi berkah bagi suami Tinah Bingei Tanoto ini. Sukanto Tanoto yang sejak kecil sudah tertempa beragam masalah jadi piawai mengambil putusan. Ia terbiasa mengambil sikap dan pilihan sejak dini, sehingga sering melakukan langkah yang tepat.
Hal ini pula yang membuat berbagai perusahaan Sukanto Tanoto di bawah naungan Royal Goldel Eagle terus berkembang. Kinerjanya positif karena mendapat arahan tepat dari Sukanto Tanoto.
Putera Sukanto Tanoto, Anderson Tanoto, mengungkapkan sebuah tips bisnis menarik dari ayahnya. Kuncinya ternyata sederhana dan tidak muluk-muluk, yakni kemauan untuk belajar kapan saja dan di mana saja. Artinya pendidikan formal bukanlah segala-galanya dan bukan satu-satunya sarana mendapatkan pelajaran.
“Setiap orang dapat belajar bukan hanya dari buku teks atau kelas, tapi juga dari pengalaman,” kata Anderson Tanoto.
Sukanto Tanoto sekedar bicara. Ia memberikan bukti nyata. Ia bisa belajar dari apa pun. Lihat saja wawasannya yang sangat luas. Bagaimana bisa ia mendapatkannya padahal ia tidak mengenyam pendidikan formal.
Ternyata kuncinya memang pola pikir bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja, tidak harus di sekolah. Tengok saja kisahnya pada masa lalu. Saat masih kecil, ia berusaha belajar bahasa Inggris dengan kamus Tiongkok-Inggris yang dimilikinya. Ia akhirnya mampu menguasai bahasa Inggris dengan baik.
Selain itu, Sukanto Tanoto juga senang sekali membaca buku. Kegiatan itu pun terus dilakukannya hingga sekarang. Biasanya ia melakukannya di sela-sela perjalanan bisnis yang dilakoninya. “Kalau tidak tidur, saya akan membaca buku,” ucapnya.
Pengalaman belajar juga bisa didapatinya dalam mengelola bisnis. Sukanto Tanoto terjun ke berbagai bidang bisnis berbeda. Padahal, ia tidak memahaminya semuanya dengan baik sebelumnya.
Namun, ia tidak mau menyerah. Ia malah mau belajar dengan cara menerjuninya secara langsung. Saat itu banyak pelajaran bisnis yang dipetiknya.
Tak aneh, mentalnya kian tertempa dengan baik sebagai pebisnis. Perusahaannya pernah goyah akibat krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998. Namun, ia tidak mau menyerah. Aset yang dijual segera dilepas untuk membayar utang yang jatuh tempo. Bersamaan dengan itu, ia menjadwalkan dan bernegosiasi soal kredit baru dengan bank. Akhirnya perusahaannya bertahan. Bahkan, saat krisis, ia malah melakukan ekspansi bisnis.
> BELAJAR TANPA HENTI
Sukanto Tanoto bukannya tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, hal itu tidak membuatnya kecil hati. Ia justru menjadikan kekeliruan sebagai pelajaran supaya tidak terulang lagi pada masa depan.
Salah satu contohnya ketika perusahaannya, PT Inti Indorayon Utama (IIU), pernah memiliki masalah terkait pemrosesan limbahnya. Hal ini membuat Sukanto Tanoto belajar banyak. Ia membuat semua perusahaannya memperhatikan pengolahan limbah dengan baik.
“Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), saya aplikasikan di Riau,” ujar Sukanto Tanoto. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan PT Riau Pulp and Paper yang menggalakkan program Desa Bebas Api bersama Tanoto Foundation.
Meski begitu, bukan berarti pendidikan formal tidak penting. Sukanto Tanoto tetap berusaha mendapatkannya ketika memungkinkan.
Sukanto Tanoto belajar bisnis di Jakarta. Selain itu, ia juga menuntut ilmu ke berbagai perguruan tinggi bisnis terkemuka dunia seperti Wharton, INSEAD, dan Harvard. Berbagai kursus bisnis singkat juga rajin dijalaninya.
“Hingga kini beliau terus belajar,” tutur Anderson Tanoto. Sukanto Tanoto membenarkannya. Kemauan untuk belajar dinilainya tidak boleh padam jika ingin menjadi pengusaha sukses. Bahkan, ia ingin selalu bisa belajar sepanjang hidup.
“Salah satu karier saya adalah siswa profesional abadi,” seloroh Sukanto Tanoto.
Tips bisnis dari Sukanto Tanoto ternyata sederhana. Siapa pun mesti mau untuk terus belajar lewat sarana apa pun agar bisa meraih kesuksesan dalam dunia usaha. Artinya setiap orang sebenarnya bisa menjadi pengusaha sukses. Tinggal mereka mau atau tidak melakukannya.
Kini, Anda berada di posisi yang mana? Apakah hanya akan merutuki nasib atau berani mengubah kehidupan seperti yang dilakukan oleh Sukanto Tanoto? Caranya ternyata sederhana sekali, yakni kemauan keras untuk belajar.