KabarDunia.com – Para penjual daging sapi di pasar pasar se Jabodetabek melakukan aksi mogok berdagang hingga berhari hari, di perkirakan aksi mogok berjualan ini akan berlangsung hingga hari kamis 13 Agustus 2015. Harga daging sapi yang melonjak naik hingga Rp. 125.000/Kg mengakibatkan para pedagang sepi pembeli. Salah seorang pedagang mengatakan, jika setiap hari harus menanggung rugi, lebih baik tidak usah jualan. Para pedagang menuntut kepada pemerintah untuk menurunkan segera harga daging sapi ke harga yang sewajarnya.
Jika harga daging sapi naik yang kemudian dihubungkan dengan kurangnya kuota daging sapi yang dimiliki, sebenarnya kuranglah tepat. Banyak oknum yang bermain dalam kenaikan harga daging sapi hingga harga yang sangat fantastis saat ini. Pemerintah telah mematok kuota kepada para importir sapi di tahun ini sebanyak 400.000 ekor sapi, yang kouta ini dibagi menjadi 3 kwarta. Kwarta pertama berjumlah 100.000 ekor sapi, kwarta kedua sebanyak 250.000 ekor sapi, dan terakhir berjumlah 50.000 ekor. Sedangkang kebutuhan nasional dinegeri ini sebanyak 750. 000 ekor sapi potong, ini diluar populasi sapi yang di Indonesia. Tercatat di tahun 2011 terdapat 14 juta 800 ribu ekor sapi populasi yang negeri kita miliki. Kan tetapi tidak semua populasi sapi yang kita punya siap untuk dipotong.
Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo mengatakan naiknya harga daging sapi di pasaran bisa dilihat beberapa sebab. Pertama, pasokan sapi di berbagai daerah yang masih belum cukup, kedua, adanya permainan harga daging sapi di pasaran.
“Jadi tidak selamanya pembatasan impor daging yang disalahkan. Kita lihat juga pasokan sapi di peternakan apakah sudah mencukupi? Kalau belum, maka pemerintah harus menambah peternakan sapi di dalam negeri.”
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menduga, ada permainan harga di pasaran yang membuat harga daging sapi kian melonjak. Sebab itu, dia mendesak agar pemerintah segera sidak ke pasar untuk mendengarkan langsung permasalahan di lapangan yang sebenarnya terjadi.
Penyebab utama yang menyebabkan tingginya harga daging sapi adalah, alur perdagangan sapi lokal yang berasal dari NTT, NTB, dan Jawa Timur terutama dari Madura, alirannya ke Kalimantan dan tidak lagi ke jabodetabek atau lebih lebih ke Jawa Barat. Ada beberapa alasan mengapa alur perdagangan sapi lokal lebih memilih ke luar pulau jawa, yang pertama, harga daging sapi di luar pulau jawa itu relative stabil dibanding harga di pulau jawa. Yang kedua alasan kenapa alur perdagangan sapi lokal ke luar pulau jawa adalah dikarenakan resiko angkutannya lebih kecil dari pada ke pulau jawa. Karena jika alur perdagangan ke pulau jawa, sapi sapi yang dikirim harus transit dulu di tanjung perak Surabaya, langsung ke Jakarta lewat jalur darat. Sedangkan jika ke Kalimantan, dari pelabuhan asal, langsung ke pelabuhan tujuan. Tanpa harus transit dan memakan pengeluaran tambahan.
Solusi yang harus diambil oleh pemerintah untuk menangani kenaikan harga daging sapi adalah, pemerintah mau ataupun tidak mau harus berjiwa besar, setidaknya alur perdagangan sapi dialihkan ke pulau jawa, dikarenakan kebutuhan nasional 70 % konsumsi daging sapi itu berada di pulau jawa terutama, Jakarta banten dan jawa barat. Oeleh karena itu sikap cepat pemerintah untuk mengambil sikap dan jalan keluar. Salah satunya yang paling penting adalah memberantas mafia daging sapi yang melakukan monopoli harga di detiap feedloter.